Friday, November 19, 2010

0 Arti syukur

Apa itu arti syukur? Bila diterjemahkan secara bebas berarti berterima kasih terhadap apa yang terjadi di diri kita. Tapi bukankah kita cenderung bersyukur ketika bahagia dan cenderung menyalahkan ketika tertimpa musibah? Lalu bagaimana syukur itu bisa masuk dan mengobati kesedihan? Hari ini aku baru saja pulang dari njagong di Graha Saba UGM. Makanannya memang kelas atas dan undangannya majemuk sekali. Aku lihat ada manusia yang mengambil makanan sebanyak-banyaknya seperti makanan terakhirnya. Ada yang sedikit seolah makanan itu racun, dan lainnya. 

Yang kuperhatikan, hubungannya dengan topik ini adalah ada orang yang menerima kehidupannya seperti take it for granted, alon alon waton kelakon, urip koyo banyu mili. Bagi sebagian orang makanan gratis adalah kesempatan mengeruk sebanyak-banyaknya. Ada juga yang menganggap orang lain adalah serigala, baik dimuka tetapi menusuk dibelakang sehingga selalu curiga. Dan ada juga yang lainnya.... 

Mengapa manusia ingin mengeruk melebihi besar sendoknya? Mengunyah melebihi kapasitas mulutnya, mengambil melebihi tangkupan tangannya. Bukankah akhirnya sia-sia? Kalau dipikirkan, semua demi nafsu. Ya, nafsu yang selalu jika terus dituruti akan menjerumuskan kita dalam jurang penyesalan. Selalu ingini lebih, padahal apa yang sudah dimiliki belum tentu habis digunakan dengan maksimal. Jawabannya Cuma satu. Kurang rasa bersyukur !!!. syukur ibarat rem nafsu. Menyelamatkan diri dari kehampaan jiwa sekaligus memberi rasa aman pada hati. Aman dari rasa kompetisi nafsu sesama manusia.
Rasa syukur berbeda dengan pasrah. Pasrah berarti menerima dengan tidak berdaya. Syukur berarti mensyukuri berkah maupun musibah. Keduanya mempunyai kesamaan, yaitu rasa ikhlas. Tetapi yang satu menerima dengan berterima kasih dan yang satu menerima karena tidak ada pilihan lain. Jika harus memilih, manakah yang kau ambil? Setiap orang punya opini berbeda. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Sejujurnya, tidak mudah untuk bersyukur, apalagi atas sesuatu yang tidak berkenan, sesuatu yang diluar ekspektasi kita sebelumnya. Butuh proses yang pasti, tetapi semua itu harus diawali dengan mengingat satu fakta.

Semua yang terjadi atas diri kita adalah kehendak yang diatas, sesuatu yang sudah ditulis dalam kalam. Dan Tuhan tidak pernah salah, maka apa yang terjadi atas diri kita adalah memang untuk diri kita, bukan kejadian kebetulan atau sedang apes atau mujur. Semua sudah digariskan. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya, itu saja....

Dengan mengingat fakta ini, maka iringilah dengan bersikaplah positif. Semua yang terjadi pada kita adalah ujian, dan Tuhan sendirilah saksinya. Jika ujian ini terasa nikmat maka nikmatilah dengan sewajarnya. Jika itu tidak nikmat maka tetaplah berusaha untuk menikmatinya, anggap sebagai proses yang harus dialami setiap manusia. Bahwa kita bukanlah manusia termalang saat ini. Bahwa ada orang lain yang tidak seberuntung kita. Maka lihatlah kebawah, jangan menengadah.

Memang tidak mudah, katakanlah ini hanya teori. Sebuah retorika omong kosong dari orang yang berlagak bijaksana. Tapi bukan berarti tidak mungkin tho?. Semua itu bisa terjadi asalkan kita MAU mengusahakannya. Sebenarnya tidak ada yang mudah di dunia ini, bahkan untuk bayi keluar dari kandungan sampai sakaratul mautpun tidak ada yang mudah. Dan disitulah muncul tantangan dan harapan. Karena manusia cenderung pemalas, jika tidak ada hambatan tidak akan berusaha maka cobalah sedikit demi sedikit. Genggamlah air niscaya itu akan terlepas dari tanganmu, tapi cobalah menciduknya dengan tanganmu. Bukankah esensinya sama, hanya pendekatannya saja yang berbeda, begitu pula dengan syukur.

About the Author

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions. If you like it Subscribe to Our Feed and Follow Me on Twitter Twitter username

    Other Recommended Posts

  • inspirasi

0 comments:

Post a Comment

Friday, November 19, 2010

Arti syukur

Apa itu arti syukur? Bila diterjemahkan secara bebas berarti berterima kasih terhadap apa yang terjadi di diri kita. Tapi bukankah kita cenderung bersyukur ketika bahagia dan cenderung menyalahkan ketika tertimpa musibah? Lalu bagaimana syukur itu bisa masuk dan mengobati kesedihan? Hari ini aku baru saja pulang dari njagong di Graha Saba UGM. Makanannya memang kelas atas dan undangannya majemuk sekali. Aku lihat ada manusia yang mengambil makanan sebanyak-banyaknya seperti makanan terakhirnya. Ada yang sedikit seolah makanan itu racun, dan lainnya. 

Yang kuperhatikan, hubungannya dengan topik ini adalah ada orang yang menerima kehidupannya seperti take it for granted, alon alon waton kelakon, urip koyo banyu mili. Bagi sebagian orang makanan gratis adalah kesempatan mengeruk sebanyak-banyaknya. Ada juga yang menganggap orang lain adalah serigala, baik dimuka tetapi menusuk dibelakang sehingga selalu curiga. Dan ada juga yang lainnya.... 

Mengapa manusia ingin mengeruk melebihi besar sendoknya? Mengunyah melebihi kapasitas mulutnya, mengambil melebihi tangkupan tangannya. Bukankah akhirnya sia-sia? Kalau dipikirkan, semua demi nafsu. Ya, nafsu yang selalu jika terus dituruti akan menjerumuskan kita dalam jurang penyesalan. Selalu ingini lebih, padahal apa yang sudah dimiliki belum tentu habis digunakan dengan maksimal. Jawabannya Cuma satu. Kurang rasa bersyukur !!!. syukur ibarat rem nafsu. Menyelamatkan diri dari kehampaan jiwa sekaligus memberi rasa aman pada hati. Aman dari rasa kompetisi nafsu sesama manusia.
Rasa syukur berbeda dengan pasrah. Pasrah berarti menerima dengan tidak berdaya. Syukur berarti mensyukuri berkah maupun musibah. Keduanya mempunyai kesamaan, yaitu rasa ikhlas. Tetapi yang satu menerima dengan berterima kasih dan yang satu menerima karena tidak ada pilihan lain. Jika harus memilih, manakah yang kau ambil? Setiap orang punya opini berbeda. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Sejujurnya, tidak mudah untuk bersyukur, apalagi atas sesuatu yang tidak berkenan, sesuatu yang diluar ekspektasi kita sebelumnya. Butuh proses yang pasti, tetapi semua itu harus diawali dengan mengingat satu fakta.

Semua yang terjadi atas diri kita adalah kehendak yang diatas, sesuatu yang sudah ditulis dalam kalam. Dan Tuhan tidak pernah salah, maka apa yang terjadi atas diri kita adalah memang untuk diri kita, bukan kejadian kebetulan atau sedang apes atau mujur. Semua sudah digariskan. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya, itu saja....

Dengan mengingat fakta ini, maka iringilah dengan bersikaplah positif. Semua yang terjadi pada kita adalah ujian, dan Tuhan sendirilah saksinya. Jika ujian ini terasa nikmat maka nikmatilah dengan sewajarnya. Jika itu tidak nikmat maka tetaplah berusaha untuk menikmatinya, anggap sebagai proses yang harus dialami setiap manusia. Bahwa kita bukanlah manusia termalang saat ini. Bahwa ada orang lain yang tidak seberuntung kita. Maka lihatlah kebawah, jangan menengadah.

Memang tidak mudah, katakanlah ini hanya teori. Sebuah retorika omong kosong dari orang yang berlagak bijaksana. Tapi bukan berarti tidak mungkin tho?. Semua itu bisa terjadi asalkan kita MAU mengusahakannya. Sebenarnya tidak ada yang mudah di dunia ini, bahkan untuk bayi keluar dari kandungan sampai sakaratul mautpun tidak ada yang mudah. Dan disitulah muncul tantangan dan harapan. Karena manusia cenderung pemalas, jika tidak ada hambatan tidak akan berusaha maka cobalah sedikit demi sedikit. Genggamlah air niscaya itu akan terlepas dari tanganmu, tapi cobalah menciduknya dengan tanganmu. Bukankah esensinya sama, hanya pendekatannya saja yang berbeda, begitu pula dengan syukur.

No comments:

Post a Comment

 
back to top